Nazava Bergabung dalam World Water Forum 2024 di Bali

Nazava.comWorld Water Forum berlangsung pada 18–25 Mei 2024 di Bali. Forum ini merupakan ajang untuk memastikan seluruh dunia turut bergerak dalam menjaga keberlangsungan sumber daya air kehidupan manusia. Acara yang membahas mengenai pengelolaan air dari berbagai sektor dan perusahaan.

World Water Forum ke 10 akan terdapat 230 sesi forum tematik, 55 side events, serta 10 special sessions. Bukan hanya itu, pemerintah Indonesia mengundang 44 kepala negara, 4 kepala lembaga internasional, dan 198 menteri atau setingkat menteri yang berkaitan dengan isu sumber daya air.

World Water Forum ke 10 berlangsung bertempat di Nusa Dua Hall BNDCC. Untuk lokasi Fair and Expo ini akan tersebar di BNDCC, BICC, dan Pantai Kuta. Sesi proses politik, tematik, dan regional mulai dari 20 hingga 25 Mei 2024.

Peran Nazava dalam World Water Forum ke 1o

Keterlibatan Nazava bukan hanya membuka booth saja, namun turut menjadi narasumber di berbagai sesi diantaranya:

1. Meningkatkan akses terhadap air minum yang aman bagi rumah tangga berpenghasilan rendah di pedesaan melalui sekolah dan LKM di Indonesia

Sesi yang dibawakan oleh Lieselotte Heederik dan Karyanto Wibowo dari Danone Aqua membahas mengenai dii Indonesia, hanya 9% penduduknya yang bergantung pada air ledeng, sehingga banyak rumah tangga yang bergantung pada air sumur atau air sungai yang terkontaminasi. Keluarga berpenghasilan rendah sering kali menggunakan metode yang mahal dan menghasilkan karbon seperti merebus air dengan kayu atau LPG. Maka dari itu, Nazava dan Danone memberikan solusi kemitraan inovatif  yang telah memberdayakan 20.000 rumah tangga pedesaan dengan air minum yang aman.Klik disini untuk bergabung dalam kemitraan dan program sekolah! 

2. Solusi terdesentralisasi untuk menghilangkan mikroba dan fluorida untuk digunakan di masyarakat pedesaan

Sesi ini bersama Marleen Ophorst sebagai Expert Water dan Climate membahas tentang 4,4 miliar orang secara global bergantung pada sumber air yang tidak diolah dan terkontaminasi bakteri, virus, dan polutan, sehingga menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui air seperti diare. Selain itu, 200 juta orang terutama di India dan Afrika Timur menderita kontaminasi fluorida, yang mengakibatkan fluorosis gigi dan tulang. Meskipun ada solusi di tingkat industri, teknik yang terjangkau untuk rumah tangga yang mampu menghilangkan fluorida dan bakteri secara bersamaan masih kurang.Klik disini untuk bergabung dalam mengatasi pencemaran air di tingkat rumah tangga! 

3. T2C3: Solusi swasembada dan berbasis pasar untuk akses air minum yang aman bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Sesi bersama dengan Lieselotte Heederik, Tim Foster, Cindy R. Priadi-Kamal, Arthur Baker, Nur Aisyah Nasution, Hanh Nguyen, Amandine Muret, dan Aldi Surianingrat tentang peran dinamis solusi berbasis pasar dalam merevolusi penyediaan air. Daripada mengandalkan utilitas pusat, solusi desentralisasi justru mempercepat kemajuan menuju SDG 6.

Air sering dianggap sebagai barang publik. Oleh karena itu, masuk akal jika lembaga-lembaga publik harus mengambil tanggung jawab untuk menyediakan air dan sanitasi bagi warganya. Namun, lembaga-lembaga publik cenderung fokus pada proyek-proyek infrastruktur besar yang pembangunan dan pemeliharaannya terlalu mahal, dan pergerakannya terlalu lambat untuk mencapai akses air minum universal pada tahun 2030, terutama di wilayah pinggiran kota dan pedesaan. Hasilnya, swasembada rumah tangga telah menjadi sumber air utama bagi lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia.

Harapan dari acara ini semoga semakin banyak masyarakat, pemerintah dan instansi bisa semakin peduli dalam pengelolaan serta penyediaan air yang bersih untuk Indonesia dan dunia. Sampai berjumpa di World Water Forum selanjutnya!