Air kapur

Fakta Kalsium atau Zat Kapur dalam Air Minum

Ringkasan

  • Zat kapur dalam air minum tidak akan mengakibatkan batu ginjal.
  • Kita dapat menghindari batu ginjal dengan minum banyak air putih.
  • Berdasarkan penelitian, asupan kalsium pada masyarakat Indonesia masih tergolong rendah.
  • Penambahan asupan kalsium lewat air minum merupakan hal yang solutif di samping lewat sayur-sayuran, beberapa jenis ikan dan suplemen.
  • Kalsium yang terdapat dalam air dapat diserap oleh tubuh semudah kapur yang larut dalam air susu.

Apa itu Zat Kapur (Kalsium)?

Zat Kapur atau kalsium merupakan zat yang paling penting dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan zat kapur, dapat mengakibatkan terganggunya sebagian besar fungsi tubuh. Hal ini dikarenakan zat kapur sangat diperlukan terutama untuk pembangun struktur tulang dan gigi. Selain itu, zat kapur dalam tubuh juga berperan untuk menggerakkan otot dan sebagai neurotransmitter atau penghubung jaringan syaraf. Fungsi lainnya dari zat kapur adalah untuk membantu pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh serta membantu produksi hormon dan enzim bagi sistem tubuh manusia.

Darimana Saja Sumber Zat Kapur Bisa Didapat?

Secara umum, zat kapur atau kalsium dapat diperoleh dari berbagai macam makanan alami. Mulai dari sayur-sayuran hijau, serta beberapa jenis ikan seperti sarden, tuna dan salmon. Selain itu, dari beberapa produk olahan lanjutan seperti susu, yoghurt, keju, sereal dan kedelai juga mengandung kalsium.

Bagaimana dengan Air yang Kita Minum, Apakah Juga Mengandung Zat Kapur?

Secara teoritis, air yang kita minum juga mengandung zat kapur. Hal ini bisa terjadi karena secara alami air akan mengandung zat-zat mineral yang berasal dari tanah dan bebatuan. Kandungan mineral dalam air tersebut dinamakan zat padat terlarut atau TDS (Total Dissolve Solid). (Baca lebih lanjut tentang: TDS dalam Air Minum dan Mana lebih bagus TDS tinggi atau TDS rendah)

Apakah Air yang Mengandung Zat Kapur akan Berdampak pada Kesehatan?

Kita mungkin sering mendengar bahwa kandungan mineral, termasuk zat kapur, dalam air itu akan berbahaya bagi kesehatan. Sehingga, muncul produk dan metode-metode pemurnian air dalam rangka menghilangkan kandungan yang dianggap berbahaya tersebut.

Khusus untuk zat kapur, banyak di antara kita (atau bahkan kita sendiri) mempercayai begitu saja bahwa zat tersebut merupakan penyebab batu ginjal jika terkandung dalam air yang kita minum. Baca juga Manfaat mineral di air apa?

Faktanya, air yang mengandung zat mineral seperti kapur, justru membantu tubuh dalam memenuhi batas minimum asupan kalsium setiap harinya. Namun tentu saja, ada batas maksimum atau standar tentang kadar TDS atau zat mineral yang terkandung dalam air minum. Untuk Indonesia, Departemen Kesehatan telah mengeluarkan PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yang mengatur tentang standar kualitas air minum tersebut. Hanya sekitar 500 mg/l batas maksimum kandungan TDS yang ditetapkan oleh pemerintah.

Sebagai catatan, untuk memperkuat bahwa zat kapur yang terkandung dalam air tidak menyebabkan batu ginjal, adalah pernyataan dari WHO sebagai Organisasi Kesehatan Dunia.

WHO menyimpulkan bahwa: kalsium yang terkandung dalam air akan mampu diserap secara efektif oleh tubuh dan sama halnya seperti kalsium dari susu untuk pembentukan tulang serta dapat mengurangi osteoporosis. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari dua dokumen yang diterbitkan WHO berjudul: Hardness in Drinking Water” (2011), dan “Calcium and Magnesium in Drinking Water: Public Health Significance” (2009).

Justru fakta kebalikannya membuktikan bahwa tidak minum cukup cairanlah yang dapat memperbesar resiko terkena batu ginjal. Hal ini dipertegas dari pernyataan Departemen Kesehatan Amerika Serikat yang dapat dibaca pada laman resminya pada website ini: http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/stonesadults/#causes).

Sehingga, dapat dikatakan, mengkonsumsi zat kapur atau kalsium yang banyak terkandung pada makanan dan minuman tidak ada hubungannya dengan risiko kesehatan. Bahkan mengonsumsi jumlah kapur yang terlalu sedikit dapat meningkatkan resiko osteoporosis, nefrolitiasis (batu ginjal), kanker kolorektal, hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner, resistensi insulin dan obesitas.

Menyikapi Kasus Kekurangan Kalsium di Indonesia

Berbagai penelitian dan temuan kasus di lapangan menunjukkan bahwa asupan zat kapur atau kalsium pada masyarakat Indonesia masih tergolong rendah.

Sementara, rekomendasi zat kapur atau kalsium harian yang disarankan adalah:

Usia Asupan Zat Kapur (mg/hari)
0 – 6 bulan 200 mg
Bayi 7 – 12 bulan 260 mg
Anak 1 – 3 tahun 700 mg
Anak 4 – 8 tahun 1.000 mg
Anak 9 – 13 tahun 1.300 mg
Remaja 14 – 18 tahun 1.300 mg
Dewasa 19 – 50 tahun 1.000 mg
Dewasa 51 – 70 tahun (pria) 1.000 mg
Dewasa 51 – 70 tahun (wanita) 1.200 mg
Dewasa 71 tahun ke atas 1.200 mg
Remaja hamil dan menyusui 1.300 mg
Dewasa hamil dan menyusui 1.000 mg

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya asupan kalsium pada masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sudah saatnya memanfaatkan apapun yang dapat menjadi sumber asupan dalam pemenuhan kebutuhan minimum kalsium tersebut. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan air alami tanpa proses Reverse Osmosis atau menghindari teknik pemurnian air lainnya yang dapat menghilangkan 100% zat mineral yang terkandung dalam air. Tidak perlu jauh-jauh dalam mencari solusi untuk pemenuhan kebutuhan kalsium tersebut karena ada pada sumber air yang kita gunakan setiap hari.

Bagaimana kalau zat kalsium melebihi kadar maksimal syarat air minum Indonesia?

Batas zat kalsium dalam air minum adalah 500 mg/l sesuai dengan peraturan kementrian kesehatan Indonesia. Nazava telah melakun riset kandungan zat kalsium dalam air sumur di wilayah yang terkenal sebagai bukit kapur yaitu Bojonegoro, Jawa Timur. Air sebelum diproses oleh penjernih air Nazava Murni dan setelah difilter oleh filter air minum Nazava diperiksa di laboratorium ITB di Bandung. Hasil lengkap Anda bisa baca di sini.

  • Filter air Nazava dapat mengurangi kandungan zat kalsium dengan sekitar 10%.
  • Semua air hasil filtrasi Nazava layak minum walaupun kandungan zat kapur pada air baku di-anggap tinggi.

Jika sumber air yang kita miliki adalah sumur, maka pastikan saja kebersihan sumur tersebut dan mengukur tingkat kepadatan zat TDS-nya itu sendiri. Ingat, batas maksimum yang mengindikasikan kelayakan kualitas air minum adalah dilihat dari kepadatan TDS yang cuma 500 mg/l. Begitu pula jika sumber air yang kita gunakan adalah dari keran PAM.

Penggunaan teknik filterisasi masih dapat diterima untuk mengurangi kadar TDS dalam air. Filter Nazava Murni dapat menjadi pilihan untuk kebutuhan rumah tangga tersebut. Mengapa? Karena filter air Nazava telah diuji di lebih dari 30 laboratorium tentang keunggulannya yang mumpuni dalam memfilter mineral-mineral jahat, namun tetap mempertahankan mineral-mineral baik termasuk zat kapur dan magnesium, dapat menyaring hingga ±7.000 liter atau 2-3 tahun pemakaian tanpa henti.

Sumber air yang kita gunakan terbilang kotor, atau mempunyai kadar kapur yang terlalu tinggi? Maka permasalahan tersebut dapat teratasi dengan Filter Nazava Zeolite FRP 10′. Filter tersebut mampu mengurangi kadar kapur sehingga air tersebut layak untuk digunakan pada keperluan rumah tangga.

Standar Baku Mutu dari Organisasi Kesehatan Dunia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak pernah menetapkan standar kadar kalsium dan magnesium dalam air minum karena tidak ada dampak kesehatan yang berarti atau merugikan. Dua sumber utama dari WHO tersebut termaktub dalam dua dokumen di bawah ini: