Kebaikan yang Senantiasa Ditularkan lewat Teknologi Tepat Guna dari Nazava

“Menjual kebaikan itu adalah hobi saya. Saya suka menjelaskan tentang manfaat dimulai kepada keluarga sampai pada tetangga-tetangga sekitar. Karena hobi tersebut banyak lembaga-lembaga mencari Ibu ke sini. Cukup bilang saja Kakak Mardiah, orang-orang di sini akan tahu.”

-Kakak Mardiah, Desa Horinara, NTT

Pada suatu sore di tengah hiruk-pikuknya kehidupan kota, di mana saat itu penulis tengah sibuk bersama laptop. Sebuah pesan masuk, dari Kakak Mardiah, seorang perempuan tangguh yang tinggal nun jauh di Desa Horinara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Satu nama daerah yang asing bagi penulis, terasa jauh. Melalui layanan berbagi pesan, Kakak Mardiah menyampaikan bahwa sinyalnya sering tidak stabil, beliau meminta maklum sebelum wawancara dilakukan.

Berkat kabar tersebut, pikiran penulis sejenak terbang pada kemungkinan-kemungkinan tentang sulitnya akses internet di sana beserta keterbatasan lainnya, sedang penulis dengan mudahnya berselancar untuk mengetahui beragam hal, satu fakta kontradiktif. Namun, hal itu terbantahkan dari hasil sambungan telepon berdurasi belasan menit dengan Kakak Mardiah. Hasil diskusi singkat itu menyadarkan penulis sebagai ‘orang kota’. Secara kebetulan, saat melangsungkan wawancara, hujan tengah turun dengan derasnya di tempat penulis, mengingatkan bahwa air sebagai sumber daya berlimpah yang kehadirannya dekat sekali dengan kita. Sebuah kebetulan karena pembahasan kami yang bertemakan tentang air, khususnya teknologi filter air dari Nazava.

“Saya tinggal di kaki gunung, udaranya sejuk,” kata Kakak Mardiah dengan hangat di seberang sana. “Aktif dan tergabung pada organisasi membuat saya bertemu dengan orang-orang yang mengenalkan saya pada teknologi sederhana bermanfaat besar, salah satunya filter air Nazava ini. Saya punya kios kecil, salah satunya menjual barang yang memudahkan kehidupan masyarakat seperti Nazava ini,” lanjutnya dengan bersemangat.

Penulis menyimak di seberang telepon sambil mengangguk-angguk karena kagum pada sosok Kakak Mardiah yang begitu bersemangat memberdayakan lingkungannya. Anggapan penulis tentang ‘ketertinggalan’ yang sebelumnya menghantui, dipatahkan berkali-kali. Orang-orang seperti Kakak Mardiah yang meski memiliki keterbatasan karena tinggal di daerah ternyata memilki pemikiran yang jauh lebih terbuka dari yang penulis bayangkan, bahkan cara berpikirnya melampaui orang-orang kota. Karena itu, penulis kian atusias mendengarkannya untuk bercerita lebih banyak tentang teknologi yang sudah akrab dengannya, salah satunya filter air Nazava.

“Sekarang air sudah dialirkan melalui pipa-pipa, tentu jadi mudah untuk dapat air. Tapi air itu mengandung kapur yang bisa sebabkan penyakit ginjal kalau dikonsumsi. Saya suka cerita dengan orang-orang sini bahwa dengan filter air, air akan bebas kapur, bersih dari jentik dan debu, sehingga baik untuk kesehatan. Menjual kebaikan itu adalah hobi saya. Saya suka menjelaskan tentang manfaat dimulai dari keluarga sampai pada tetangga-tetangga sekitar. Karena hobi tersebut banyak lembaga-lembaga mencari saya ke sini. Cukup bilang saja Kakak Mardiah, orang-orang di sini akan tahu.”

Sembari menyimak dan mengetikkan jawaban Kakak Mardiah, penulis melirik ke air minum yang menemani, penulis jadi bertanya-tanya, jikalau ini air masak apakah sudah cukup aman dan terbebas dari kontaminasi zat yang Kakak Mardiah jelaskan tadi? Bahkan penulis yang ‘orang kota’ pun luput untuk menyadarinya.

“Nazava sangat membantu, saya sudah kenal sejak 2017 dikenalkan oleh LSM yang masuk sini. Dulu air dimasak hingga mendidih di kompor, kita perlu waktu dan biaya supaya air layak minum. Tapi dengan filter air hanya tinggal tuang, waktu untuk memasak air bisa digunakan untuk hal bermanfaat seperti menenun yang jadi kebiasaan perempuan sini. Selain itu, lebih hemat dan sehat.”

Penulis kembali mengangguk setuju, kembali mencatatkan poin-poin yang menggugah sekaligus mengusik penulis. Tentang fakta bahwa di daerah pelosok yang begitu jauh dari Pulau Jawa masyarakatnya justru lebih menyadari tentang teknologi tepat guna, terlebih lagi penggeraknya adalah sosok perempuan yang terus mengupayakan setiap rumah tangga memanfaatkan teknologi yang ada. Selain itu, kegiatan domestik sesederhana memasak air yang bisa ditinggalkan karena hadirnya teknologi bisa mendukung produktifitas. Hal tersebut berbeda jauh dengan kebiasaan masyarakat kota terkait air minum yang terbagi ke dalam dua kelompok.

Pertama, orang-orang yang tertahan pada kebiasaan lama, memasak air secara konvensional dengan cara mendidihkannya di atas kompor. Di mana sama sekali tak hemat energi dan biaya, juga tak terjamin kualitasnya. Kedua, orang-orang yang membeli air minum kemasan atau isi ulang yang tentunya memerlukan biaya lebih. Berbeda dari orang-orang kota, jauh di sana Kakak Mardiah bersama masyarakat di Horinara sudah terbiasa dengan teknologi filter air yang praktis, murah dan terjamin kualitasnya.

Dari wawancara yang berlangsung belasan menit itu bersama Kakak Mardiah, terbitlah kesadaran penulis. Dari kios kecilnya yang menjual produk-produk yang sebagian besar berbasis teknologi untuk memudahkan kehidupan, kebaikan akan senantiasa ditularkan dari hal-hal semendasar air minum berkualitas yang sebisa mungkin hadir di setiap rumah tangga.

Penulis percaya kebaikan yang dilakukan oleh Kakak Mardiah akan senantiasa mengalir bagaikan air yang merupakan penyusun utama tubuh, penyangga hidup paling utama. Lalu, bukankah semestinya kita orang-orang kota merasa cukup tergugah untuk melakukan yang serupa? Dimulai dari hal sesederhana meningkatkan kualitas air minum, mungkin?

 

Tentang Narasumber

Kakak Mardiah ialah perempuan asal Horinara yang sampai saat ini aktif berkegiatan pada aktivitas yang lekat dengan pemberdayaan perempuan di daerahnya. Selain memiliki sebuah kios kecil yang menjual teknologi tepat guna, salah satunya produk filter air dari Nazava. Ia juga aktif sebagai anggota Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA). Perannya tersebut membuat sosok Kakak Mardiah banyak dicari oleh berbagai pihak untuk bercerita tentang semangat pemberdayaan yang dimilikinya.