Banjir memang selama ini telah menjadi momok bagi masyarakat Indonesia. Terutama bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan maupun di dataran rendah. Banjir sering disebabkan karena daerah resapan air yang semakin berkurang. Entah itu karena tidak cukupnya daerah-daerah penahan air di hulu maupun persoalan pendirian bangunan yang tidak memikirkan persoalan saluran air. Sehingga, acap kali kita temukan pendirian bangunan semisal rumah yang tidak memiliki selokan atau justru selokannya itu di cor semen. Sehingga, ketika hujan lebat lebih dari 30 menit saja, sudah bisa menyebabkan banjir.

Penanggulangan banjir memang bukan kewajiban pemerintah saja namun semua unsur terutama kesadaran masyarakat itu sendiri. Nazava sebagai perusahaan filter air minum menyadari dampak banjir yang juga akan mempengaruhi kualitas air minum. Oleh karena itu, Nazava bekerjasama dengan Pusat Studi Teknologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran baru-baru ini mengembangkan sebuah prototype alat yang bisa menyaring air banjir menjadi air minum yang aman dan layak dikonsumsi.

TELAGA (teknologi pelepas dahaga) Anti Banjir

Seperti yang kita ketahui bersama, ketika banjir melanda, akses terhadap air bersih dan air minum secara otomatis akan terputus. Korban banjir akan sangat kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Karena pada dasarnya semua sumber air telah terkontaminasi lumpur atau zat-zat lainnya sehingga tidak bisa digunakan sementara waktu. Solusi umum yang biasa dilakukan adalah dropping bantuan air minum. Baik dari mobil tanki air maupun dari air kemasan. Namun solusi ini jika dilihat kembali merupakan solusi jangka pendek dan berpotensi membawa masalah baru dengan sampah yang ditimbulkannya.

Untuk itulah diciptakannya TELAGA (teknologi pelepas dahaga) yang mampu digunakan untuk memfilter air banjir yang telah terkontaminasi berat menjadi air minum dalam skala besar. Terdapat enam tahapan penyaringan sekaligus sehingga kualitas air yang difiltrasi lebih jernih dan bebas kuman. Kontainer 1 disaring dengan filter anti lumpur dan zat karbon aktif. Kemudian kontainer 2 air kembali disaring oleh filter keramik sehingga menghasilkan air yang benar-benar layak minum.

“Filter keramik mampu menyaring partikel air. Jika air pada kontainer dua masih mengandung berbagai kuman atau zat berbahaya lainnya, tugas keramik inilah yang menyaring air sehingga bebas dari kuman dan siap minum,” terang Sri Yusnita Irda Sari, Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran (Unpad).