Nazava, Menyaring Penyakit dari Air Donomulyo

Desa Kedungsalam, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang terlihat sangat subur. Pemandangan yang hijau dari berbagai tanaman yang tumbuh ditambah dengan pemandangan Samudera Hindia, menjadikan Donomulyo daerah yang terlihat baik-baik saja. 

Namun itu hanyalah kemasan Kedungsalam. Warga yang hidup di daerah tersebut mengalami kesulitan air bersih. Bahkan, demi mendapatkan air mereka harus memanfaatkan aliran sungai dari desa yang lebih tinggi. Air sungai tersebut dialirkan warga menggunakan pipa sehingga air dapat sampai ke setiap rumah warga. 

“Sungai itu di atasnya ada sawah dan jika air tersebut dikonsumsi terlebih saat kemarau, sangat mengkhawatirkan,” jelas Misdi, Kepala Desa Kedungsalam. 

Siapa yang menyangka bahwa daerah yang subur ini menyimpan kenangan pahit. Dua tahun secara berturut, warga desa terkena wabah diare. Sekitar 50 orang pada waktu itu terkena diare pada waktu yang bersamaan. Bahkan, sejak 2014 hingga 2015, wabah diare sudah 4 kali terjadi di desa Kedungsalam. 

Hasil Laboratorium Air Donomulyo

Kondisi tersebut membuat Ipung Dyah, seorang tenaga kesehatan Donomulyo mencoba untuk mencari tahu apa penyebabnya. Dirinya pun pergi ke sungai hanya untuk mengambil sampel air yang digunakan oleh masyarakat. Jalan terjal dan berliku pun iya lakukan untuk mencari tahu pasti penyebab diare pada masyarakat. 

Ternyata dari pemeriksaan air sampel yang ia bawa, air tersebut mengandung bakteri ecoli yang sangat tinggi. 

“Bakteri ecoli air tersebut sangat tinggi. Terdapat 240 bakteri untuk 1 ml air, padahal standarnya adalah 0,” jelas Ipung.

Sebelum dilakukan pemeriksaan, warga tidak tahu kualitas air tersebut. Mereka hanya mengalirkan air dari sungai dan mengendapkannya terlebih dahulu sebelum dimasak. Hal ini karena  air tersebut memiliki banyak endapan seperti kapur. 

Awal Mula Mengenal Nazava

Untungnya, Desa Kedungsalam merupakan salah satu desa intervensi GAIN. Melalui Nazava, warga desa mendapatkan pengetahuan baru mengenai pengolahan air minum dan memperkenalkan penggunaan filter air minum. 

Program tersebut bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan masyarakat terkait air minum yang aman. Ipung bersama dengan salah satu bidan, Hamidah, berusaha untuk menjelaskan kepada masyarakat mengenai Nazava. 

“Saya ingin warga di Desa Kedungsalam mengonsumsi air yang sehat karena di sini sulit untuk mendapatkan air bersih,” ungkap Hamidah. 

Niat baik dari dua perempuan ini tidak berjalan mulus. Butuh waktu yang cukup lama untuk menjelaskan tujuan dari penggunaan filter air minum kepada masyarakat. Terlebih karena pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa mereka berdua melakukan hal tersebut hanya untuk bisnis. 

“Terkadang kalau kita bawa produk, masyarakat langsung menyepelekan. Oh ini promosi, oh ini bisnis,” jelas Ipung. 

Manfaat dari Nazava yang Dirasakan

Kesabaran Ipung dan Hamidah membuahkan hasil. Sebagian besar masyarakat Desa Kedungsalam menggunakan filter air minum karena mulai mementingkan mengenai kesehatan. 

Masyarakat pun merasakan manfaat dari menggunakan Nazava, mulai dari air yang jernih hingga menghemat pengeluaran. 

“Jernih, jernih betul. Kalau direbus air itu biasanya tidak terlalu jernih, agak butek dan tidak langsung bening kayak Nazava,” kata Yasi, Kader Posyandu. 

“Rasa airnya segar, menyehatkan, dan tidak perlu memasak air lagi,” kata Rosi, warga Kedungsalam. 

Kini masalah air bersih di desa tersebut tinggal kenangan. Perubahan membawa Desa Kedungsalam menjadi lebih baik lagi. Perubahan tersebut tidak akan ada jika tidak ada orang yang mengabdikan dirinya untuk membantu masyarakat, seperti Ipung Dyah.