Seperti namanya, penyakit bwaan air merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh mikro-organisme patogen yang penyebarannya terjadi melalui perantara air. Penyakit ini bisa disebarkan ketika mandi, mencuci, meminum air, atau menyantap makanan yang terpapar air yang terkontaminasi mikroorganisme patogen tadi. 

Seringkali penyakit ini akan menimbulkan gejala seperti diare dan muntah-muntah, namun gejala lainnya juga bisa muncul diantaranya yakni masalah atau gangguan pada kulit, telinga, pernapasan atau mata. 

Berdasarkan data yang ada, penyakit yang ditularkan melalui air ini, sangat erat kaitannya dengan kondisi ekonomi dalam suatu negara. Kondisi ekonomi yang buruk, menjadikan penanganan kesehatan menjadi sangat rendah. Padahal jika penyakit ini menyebar dan menjadi wabah, maka dampaknya juga akan kembali ke perekonomian lagi karena membutuhkan dana yang sangat besar untuk mengatasinya.

Mikroorganisme penyebab penyakit yang ditularkan melalui air ini adalah termasuk jenis protozoa dan bakteri. Sebagian besar adalah parasit usus yang menyerang jaringan atau sistem peredaran darah melalui dinding saluran pencernaan. Sementara berbagai penyakit yang ditularkan melalui air ini disebabkan oleh virus. (Terlepas dari masalah penggunaan istilah yang mendefinisikan virus sebagai ‘organisme’, mungkin lebih praktis menyebutnya sebagai bagian dari mikroorganisme dalam konteks ini). 

Jenis mikroorganisme lain yang juga seringkali menjadi salah satu penyebab penyakit yang ditularkan melalui air ini adalah parasit metazoa. Contohnya adalah spesies Nematoda, atau dalam pembahasan umum biasanya disebut sebagai cacing gelang. Kasus yang paling sering ditemukan akibat infeksi Nematoda ini adalah penyakit Dracunculiasis atau Penyakit Cacing Guinea. Disebut demikian karena penyakit ini pernah menjadi wabah di wilayah Afrika dan Asia Selatan. 

Penyakit yang ditularkan melalui air lainnya juga diakibatkan oleh spesies Schistosomatidae, yang termasuk dalam keluarga cacing darah. Patogen ini biasanya akan menginfeksi orang yang cenderung melakukan kontak antara kulit dengan air. Bentuk infeksinya pun bermacam-macam dan diketahui telah menjadi kasus dengan korban hingga ratusan juta orang di seluruh dunia. 

Salah satu pembahasan dan pemahaman paling awal di wilayah Eropa tentang penyakit yang ditularkan melalui air ini, muncul pada abad ke-19, ketika terjadi Revolusi Industri. Penyakit yang ditularkan melalui air, seperti kolera, pernah mengalami kesalahan pemahaman yang kala itu dijelaskan dalam teori miasma. Teori tersebut menyebut bahwa penyakit kolera ini disebabkan oleh kualitas udara yang buruk, sehingga berujung pada penyebaran penyakit. 

Namun kemudian orang-orang mulai menemukan korelasi yang lebih masuk akal dan kuat, bahwa sebenarnya kualitas air adalah penyebab utamanya. Hal ini didukung oleh kebijakan guna melakukan klorinasi air minum yang dikonsumsi masyarakat kala itu.

Terminologi penyakit bawaan air

Istilah penyakit bawaan air sebagian besar digunakan untuk masalah infeksi yang ditularkan dengan adanya kontak atau mengkonsumsi air yang tercemar mikroba. Meski demikian, banyak infeksi bisa disebabkan oleh mikroba atau parasit yang memang tidak sengaja mencemari air, mungkin karena adanya sebuah keadaan tertentu atau kondisi luar biasa. 

Namun fakta bahwa ada sejumlah penyakit yang proses penularannya terjadi di air, tidak bisa juga kemudian disebut dengan penyakit bawaan air. Contohnya adalah pada kasus penyakit Malaria, di mana nyamuk pembawa parasit itu memiliki fase akuatik dalam siklus hidupnya. Atau mungkin dengan melakukan pembersihan air di lingkungan yang terjadi wabah, menjadi salah satu strategi efektif untuk mengendalikan nyamuk yang membawa parasit tersebut. 

Penyebab penyakit yang ditularkan malalui air

Kurangnya ketersediaan air bersih, buruknya sanitasi dan kebiasaan masyarakat merupakan penyebab utama dari penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air ini. Siklus fekal-oral merupakan jalur penularan yang umum menjadi perantara penyebaran penyakit ini. Siklus fekal-oral ini sendiri adalah proses penyebaran penyakit ketika patogen yang ada di partikel tinja seseorang, pada akhirnya bisa berada di mulut orang lain dan masuk ke dalam tubuh.

Masalah kemiskinan juga bisa meningkatkan resiko terjadinya wabah penyakit ini. Misalnya, tingkat ekonomi suatu wilayah tentu sangat mempengaruhi kemampuan masyarakatnya untuk bisa menyediakan akses ke air yang layak minum atau penyediaan sanitasi yang baik.

Di beberapa wilayah di Asia  ditemukan fakta bahwa masyarakatnya masih banyak yang berada di golongan ekonomi rendah, sehingga mereka tidak bisa menyediakan air bersih dan sanitasi yang baik. Pendapatan warganya yang rendah, membuat mereka tidak bisa mengalokasikan anggaran untuk menyediakan air bersih. 

Di sisi lain, masalah ekonomi ini juga berdampak pada tingkat pendidikan, sehingga mereka tidak mendapatkan pengetahuan yang mumpuni soal penyakit bawaan air atau penyakit yang menular melalui air ini. 

Ditemukan juga fakta bahwa air untuk konsumsi yang disediakan oleh pihak swast seperti usaha isi ulang tidak tersertifikasi [baca air isi ulang memperhatikan 4 hal ini sebelum beli air isi ulang], rupanya juga memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk menjadi sumber penyebaran penyakit. Karena proses pembunuhan kuman tidak terjamin akan sesuai dengan aturan yang ada. 

Protozoa

Penyakit dan Penularan Agen Mikroba Sumber Agen di Air Gejala Umum
Acanthamoeba Keratitis (Membersihkan lensa kontak dengan air yang terkontaminasi) Acanthamoeba spp. (A. Castellanii dan A. Polyphaga) Amuba yang tersebar luas di berbagai lingkungan akuatik, termasuk air permukaan, air kran, kolam renang dan larutan pembersih lensa kontak Sakit mata, mata kemerahan, pandangan kabur, sensitif terhadap cahaya, rasa mengganjal di mata dan air mata yang berlebihan
Amoebiasis (Dari tangan ke mulut) Protozoa (Entamoeba Histolytica) yang berbentuk seperti kristal Limbah atau saluran got, air minum yang tidak diolah, lalat di tempat penampungan air, perpindahan air liur (dari orang yang terinfeksi) Rasa tidak nyaman di perut, kelelahan, berat badan menurun, diare, demam, perut kembung
Cryptosporidiosis (Mulut) Protozoa (Cryptosporidium parvum) Filter air dan membran yang tidak bisa didesinfeksi, kotoran hewan, limpasan atau aliran air hujan yang tidak terserap oleh tanah Gejala seperti flu, diare, hilangnya nafsu makan, berat badan menurun, perut kembung, pusing dan mual
Cyclosporiasis Parasit Protozoa (Cyclospora Cayetanensis) Air limbah, air minum yang belum diolah Perut kram, mual, muntah, nyeri otot, demam dan kelelahan
Giardiasis (fekal-oral) (Dari tangan ke mulut) Protozoa (Giardia Lamblia) Parasit usus Air yang tidak diolah, desinfeksi yang buruk, kerusakan dan kebocoran pipa air, kontaminasi air tanah, daerah perkemahan di mana manusia dan hewan menggunakan sumber air yang sama Diare, rasa tidak nyaman di perut, dan perut kembung
Microsporidiosis Protozoa Phylum (Microsporidia), kerabat jamur Encephalitozoon intestinalis ditemukan di air tanah, yang kemudian dijadikan air minum Diare, penurunan berat badan secara drastis bagi yang memiliki masalah kekebalan tubuh
Naegleriasis (Hidung) Protozoa (Naegleria fowleri) berbentuk seperti kristal Tempat-tempat olahraga air yang tidak diberikan klorin Sakit kepala, muntah-muntah, kebingungan, kehilangan keseimbangan, sensitif terhadap cahaya, halusinasi, kelelahan, penurunan berat badan, demam, koma

Bakteri

Penyakit dan Penularan Agen Mikroba Sumber Agen di Air Gejala Umum
Botulism Clostridium Botulinum Bakteri bisa masuk ke dalam tubuh melalui luka yang terbuka dari sumber air yang terkontaminasi. Masuk ke dalam saluran pencernaan melalui air yang dikonsumsi atau juga makanan yang terkontaminasi Mulut kering, pandangan kabur atau berbayang, susah menelan, otot terasa lemah, susah bernafas, bicara menjadi cadel, muntah dan diare. Faktor kematian biasanya disebabkan oleh gagalnya sistem pernapasan
Campylobacteriosis Secara umum disebabkan oleh Campylobacter Jejuni Air minum yang terkontaminasi kotoran Munculnya gejala seperti disentri bersamaan dengan demam tinggi. Biasanya berlangsung dari 2 sampai 10 hari
Kolera Disebarkan oleh bakteri Vibrio Cholerae Air minum yang terkontaminasi oleh bakteri Dalam kondisi yang parah, dikenal sebagai salah satu penyakit paling mematikan. Gejalanya termasuk diare sangat encer, mual, kram, mimisan, nadi cepat, muntah dan syok hipovolemik, di mana dalam kondisi ini kematian bisa terjadi dalam 12 sampai 18 jam
Infeksi E.Coli Strain umum dari Escherichia coli (umumnya disebut E. Coli) Air yang terkontaminasi oleh bakteri Kebanyakan mengalami diare. Bisa menyebabkan kematian untuk individu yang mengalami masalah imunitas, terlalu muda atau tua karena dehidrasi yang berlangsung lama
Infeksi M. Marinum Mycobacterium Marinum Secara alami terdapat di air, di mana kebanyakan dari paparan air kolam renang atau akuarium. Infeksi langka biasanya terjadi pada individu yang memiliki masalah imunitas CGejala berupa lesi yang biasanya terjadi di daerah siku, lutut dan kaki atau lesi di bagian tangan jika sumbernya adalah akuarium. Lesi ini bisa tidak menimbulkan rasa sakit atau nyeri
Disentri Disebabkan oleh sejumlah spesies Shigella dan Salmonella, yang umumnya lebih ke Shigella Dysenteriae Air yang terkontaminasi bakteri Buang air besar beserta darah atau lendir. Dalam beberapa kasus bisa juga mengakibatkan muntah disertai darah
Legionellosis (Ada dua bentuk yang berbeda yakni, penyakit Legiuner (gangguan pernapasan) dan demam Pontiac) Disebabkan oleh bakteri yang termasuk dalam genus Legionella (90 persen kasus disebabkan oleh Legionella Pneumophila) Legionella merupakan organisme paling umum yang bisa berkembang biak dalam jumlah besar di air hangat Demam Pontiac akan menyebabkan gejala yang lebih ringan seperti influenza akut tanpa pneumonia. Sementara penyakit Legiuner memiliki gejala lebih parah seperti demam menggigil, pneumonia dengan batuk yang terkadang berdahak, ataksia, anoreksia, nyeri otot, diare dan muntah
Leptospirosis Disebabkan oleh bakteri dari genus Leptospira8 Air yang terkontaminasi oleh urin hewan yang membawa bakteri tersebut Fase pertama dimulai dengan gejala mirip flu, dan kemudian sembuh dengan sendirinya. Fase kedua kemudian menimbulkan meningitis, kerusakan hati dan gagal ginjal
Otitis Externa Disebabkan oleh sejumlah bakteri dan spesies jamur Berenang di air yang terkontaminasi oleh patogen terkait Terjadi bengkak di saluran telinga, yang kemudian menyebabkan nyeri dan rasa sakit saat disentuh
Salmonellosis Disebabkan oleh bakteri dari genus Salmonella Mengkonsumsi air yang terkontaminasi bakteri. Lebih umum juga ditularkan melalui makanan Demam, diare, muntah-muntah, dan kram perut
Tipes / Tifus Salmonella Typhi Mengkonsumsi air yang terkontaminasi kotoran orang yang terinfeksi atau bakteri tersebut Memiliki karakteristik yang menimbulkan demam hingga 40 derajat celcius, keringat berlebihan, diare, nyeri otot, kelelahan dan sembelit. Gejala bisa berkembang menjadi delirium atau kebingungan parah, limpa dan hati yang membesar jika tidak segera diobati. Dalam kasus ini, penyakit bisa bertahan sampai empat minggu dan menyebabkan kematian. Beberapa orang juga bisa mengalami ruam merah di sekitar perut dan dada
Vibrio Vibrio Vulnificus, Vibrio Alginolyticus dan Vibrio Parahaemolyticus Bisa masuk ke tubuh melalui luka terbuka yang diberikan air yang terkontaminasi. Bisa juga karena mengkonsumsi air yang terkontaminasi. Kasus lain sering ditemukan karena memakan kerang yang belum matang Nyeri perut, kotoran bercampur darah, demam menggigil, kebingungan, kesulitan untuk fokus atau memperhatikan, mengigau, suasana hati tidak stabil, halusinasi, mimisan, kelelahan hebat, lambat, lesu dan lemas.

Virus

Penyakit dan Penularan Agen Virus Sumber Agen di Air Gejala Umum
Hepatitis A Virus Hepatitis A (HAV) Bisa muncul dengan sendirinya di air dan makanan Gejala yang muncul hanya gejala akut (bukan stadium kronis) seperti kelelahan, demam, sakit perut, mual, diare, penurunan berat badan, gatal, sakit kuning dan depresi
Hepatitis E (fecal-oral) Virus Hepatitis E (HEV) Menyebar ke air dari kotoran orang yang terinfeksi Gejala akut terkait fungsi hati termasuk demam, kelelahan, berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, sakit di perut, warna urin gelap, sakit kuning, tinja berwarna kuning coklat seperti tanah liat, dan nyeri sendi
Acute Gastrointestinal Illness (AGI) atau bisa disebut juga flu perut akut (menular melalui fecal-oral, makanan, air, kontak langsung, dan fomit (benda milik orang terinfeksi yang berpotensi mengandung patogen) Norovirus Menyebar ke air dari kotoran  orang yang terinfeksi Diare, muntah-muntah, mual, sakit perut
Poliomyelitis (Polio) Virus Polio Menyebar ke air dari kotoran  orang yang terinfeksi 90 sampai 95 persen pasien tidak menunjukkan adanya gejala. 4 Sampai 8 persen menunjukkan gejala kecil seperti sakit kepala, demam, kejang-kejang, kehilangan kesadaran, lumpuh sebagian. 1 Persen memiliki gejala meningitis non-paralitik. Sisanya memiliki gejala serius yang mengakibatkan kelumpuhan atau kematian.
Infeksi Polyomavirus Dua jenis Polyomavirus yakni: Virus JC dan Virus BK Sangat mudah menyebar dan menular, bisa muncul dengan sendirinya di air. 80 Persen populasi dunia telah memiliki antivirus dari Polyomavirus Virus BK memproduksi sebuah infeksi saluran pernapasan ringan dan bisa menginfeksi ginjal dari pasien transplantasi. Virus JC bisa menginfeksi sistem pernapasan, ginjal dan bisa menyebabkan leukoensefalopati multifokal progresif di otak yang sangat fatal

Alga

Penyakit dan Penularan Agen Mikroba Sumber Agen di Air Gejala Umum
Infeksi Desmodesmus Desmodesmus Armatus Muncul secara alami di air, bisa masuk ke dalam tubuh melalui luka yang terbuka Memiliki kesamaan dengan infeksi akibat jamur

Cacing Parasit

Penyakit dan Penularan Agen Sumber Agen di Air Gejala Umum
Dracunculiasis atau Penyakit Cacing Guinea (meminum air yang terkontaminasi) Dracunculus Medinensis Jenis betina dari cacing parasit tersebut yang keluar dari kulit inangnya dan menyebarkan larva ke dalam air Demam ringan, ruam merah dan gatal, mual, muntah, diare, pusing, diikuti kemudian dengan munculnya lepuhan yang terasa nyeri, biasanya di bagian tubuh bawah

Pencegahan


Pecegahan terbaik dari penyakit yang ditularkan melalui air ini adalah dengan menyediakan akses yang baik ke air minum bersih dan sanitasi yang baik. Tujuan utamanya yakni untuk memutus jalur penularan penyakit melalui fecal-oral. 

Epidemiologi

Berdasarkan data yang dimiliki oleh World Health Organization (WHO), penyakit bawaan air menyumbangkan sebanyak 3,6 persen dari seluruh penyakit yang terjadi secara global di seluruh dunia dan tercatat telah menyebabkan sekitar 1,5 juta kasus kematian setiap tahunnya.

WHO memperkirakan bahwa sebanyak 58 persen diantaranya atau sekitar 842 ribu kematian per tahun, disebabkan oleh masalah pasokan air minum yang bersih, masalah sanitasi dan kebersihan. 

Kultur Masyarakat

Penyakit yang ditularkan melalui air bisa memberikan dampak sangat signifikan terhadap kondisi ekonomi, baik secara lokal dalam suatu wilayah atau secara global. Mereka yang terinfeksi penyakit ini biasanya memiliki kecenderungan berasal dari tingkat ekonomi yang lemah dan akan dihadapkan dengan beban keuangan yang sangat besar. 

Masalah ini kerap kali terjadi di negara yang sedang berkembang. Masalah keuangan itu biasanya disebabkan oleh biaya perawatan, biaya pembelian obat, biaya untuk transportasi, dan juga biaya untuk menyediakan makanan yang dianjurkan. Dari data yang ada, rata-rata setiap keluarga harus menghabiskan setidaknya 10 persen dari pendapatan bulanan untuk setiap orang yang terinfeksi. 

Sejarah 

Jauh sebelum adanya penelitian yang modern seperti sekarang ini, yang membahas soal teori penyakit dan bakteri, atau pemahaman soal air sebagai media penyebaran penyakit, masyarakat tradisional lebih memilih untuk melakukan pencegahan dengan cara mempertimbangkan air yang mereka konsumsi. Mereka kemudian lebih memilih mengkonsumsi air yang sudah diolah seperti, anggur, bir dan juga teh. 

Salah satu tradisi yang tercatat adalah saat para pedagang yang melintasi Jalur Sutra, mereka akan membawa bekal air minum berupa teh selama di perjalanan. Alasannya, karena mereka menilai air yang ada di sepanjang perjalanan tidak terjamin kebersihannya dan juga karena masalah sanitasi yang sangat buruk. Beberapa takhayul bahkan juga turut muncul, di mana mereka yang mengkonsumsi air yang tidak diolah, kakinya akan melepuh.

Penyakit Bawaan Air di Eropa

Abad ke-19 merupakan periode industrialisasi, sebagai bagian tahap kedua dari Revolusi Industri yang terjadi di negara-negara Eropa. Saat itu, Inggris menjadi pusat urbanisasi dan sebagai akibat dari meroketnya industrialisasi, banyak masalah kesehatan dan sanitasi yang muncul. Pada akhirnya, hal ini menjadikan Inggris berperan sangat besar dalam pembangunan kesehatan masyarakat. 

Sebelum menemukan adanya keterkaitan antara air yang tidak sehat dan munculnya penyakit, seperti kolera dan lainnya, Teori Miasma dijadikan sebagai rujukan untuk membenarkan terjadinya wabah penyakit tersebut. Teori Miasma merupakan teori yang menyebutkan bahwa penyakit tertentu merupakan hasil dari polusi dan kualitas udara yang buruk. 

Adalah Edwin Chadwick yang menjadi tokoh penting dalam gerakan peningkatan sanitasi di wilayah Inggris saat itu. Dia menggunakan Teori Miasma sebagai pendukung rencananya. Meskipun Chadwick sangat berkontribusi dalam peningkatan kesehatan masyarakat di abad ke-19, ada juga nama John Snow dan William Budd. 

Mereka adalah yang pertama kali mengenalkan gagasan bahwa penyakit kolera disebabkan oleh air yang tercemar, dan kemudian melahirkan gagasan baru jika penyakit bisa menular atau menjangkiti melalui air minum.

Hal ini kemudian memunculkan pemahaman di masyarakat bahwa dengan memurnikan atau menyaring air yang akan dikonsumsi, bisa meningkatkan kualitas air dan mampu membatasi penyebaran penyakit. 

Di Jerman misalnya, tepatnya di kota Altona ada sebuah temuan baru kala itu yang mengilustrasikan sistem penyaringan air menggunakan pasir. Air yang telah disaring itu kemudian dikonsumsi oleh masyarakatnya. Sementara itu, kota-kota di sekitar Altona diterjang wabah mematikan, dan tentu saja kota Altona bisa terhindar dari wabah. 

Setelah adanya kasus tersebut, Inggris dan seluruh negara di Eropa mulai mempertimbangkan untuk terlebih dahulu menyaring air minum mereka, serta melakukan klorinasi guna mencegah terjadinya wabah penyakit yang ditularkan melalui air.